Contoh
Kasus Usaha Kecil Menengah (UKM)
Disusun
Oleh :
·
Diana
Aprianti ( 22211042 )
Fakultas Ekonomi
Jurusan
Akuntansi
Universitas
Gunadarma
2013
contoh
kasus
Kasus UKM
Contoh kasus UKM yang memiliki Resiko Dalam suatu usaha saat
mengelola suatu produk yang akan dihasilkan dari barang itu belum jadi atau
belum siap dipakai menjadi siap jadi atau siap dipakai. Sebagai salah satu
contoh dari banyaknya jenis usaha kecil menengah (UKM) di Indonesia yang
memiliki resiko adalah usaha pembuatan kerupuk. Sebut saja pabrik ini
"irma krupuk". Pabrik ini menjual kerupuk dalam jumlah besar tiap
harinya. Sudah banyak distributor dari kerupuk ini. Pabrik ini awalnya hanya
sedikit memproduksi kerupuk namun karena semakin hari permintaan akan krupuk
meningkat maka produksi kerupuk ini akhirnya semakin pesat.
Namun
saat permintaan akan kerupuk semakin banyak makan resiko yang dihadapi pabrik
ini juga semakin besar. Dulunya pembuatan kerupuk pada pabrik ini dengan cara
dijemur saat adonan kerupuk sudah mulai dibentuk melingkar-lingkar namun karena
permintaan akan kerupuk semakin banyak pabrik ini sekarang menggunakan oven
khusus untuk mengeringkan kerupuknya sehingga produksinya semakin cepat dan
semakin rendah pula resikonya. Jika pabrik ini memakai cara pengeringgannya
dengan menjemur adonan kerupuk yang sudah jadi dibawah sinar matahari makan UKM
ini akan menghadapi resiko yang cukup besar. Bicara soal cuaca, pabrik ini
harus menyesuaikan cuaca saat menjemur kerupuk karna itu resiko yang akan
dihadapi UKM ini termasuk dalam resiko tidak disengaja karena UKM ini tidak
dapat memprediksi cuaca yang akan datang tersebut. Syukur saat cuaca sedang
terik maka kerupuk tersebut dapat dijemur namun saat cuaca mendung dan hujan
maka penjemuran kerupuk tersebut harus di hentikan sejenak. Maka timbul lah ide
untuk menjemur kerupuk tersebut di oven maka resiko yang dialami UKM tersebut
akan terminimalis.
Pendapat dari kasus yang di atas :
Menurut Pendapat saya, Kasus UKM beserta Resikonya Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai
peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, karena selain berperan
dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam
pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Dalam krisis ekonomi yang terjadi di
negara kita sejak beberapa waktu yang lalu, dimana banyak usaha berskala besar
yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut.
Mengingat pengalaman yang telah dihadapi oleh Indonesia selama krisis, kiranya
tidak berlebihan apabila pengembangan sektor swasta difokuskan pada UKM,
terlebih lagi unit usaha ini seringkali terabaikan hanya karena hasil
produksinya dalam skala kecil dan belum mampu bersaing dengan unit usaha
lainnya. Instrument kebijakan yang biasanya diadopsi untuk mengurangi tingkat
pengangguran adalah ekspansi permintaan agregat (aggregate demand) dan
kebijakan industrialisasi, baik dalam skala modal besar maupun skala menengah.
Bagaimana pun juga, kebijakan ini akan menjadi lebih efektif bila perspektif
yang digunakan adalah dalam konteks pemenuhan kebutuhan masyarakat dan
pengembangan UKM (usaha kecil dan menengah). Hal ini akan memberikan manfaat
yang lebih besar pada sebagian besar masyarakat. Kondisi makroekonomi dan
ketidakseimbangan eksternal, dimana tidak memungkinkan adanya perluasan
permintaan agregat domestik secara signifikan, juga akan memperkuat kebijakan
tersebut.
Di
Indonesia terdapat sekitar 39 juta usaha mikro, usaha kecil 900.000. Usaha
menengah hanya sekitar 57.000, serta perusahaan besar 2000-an. Namun dalam
menjalankan usahanya yang tetap survive dalam menghadapi krisis ekonomi
nasional, kebanyakan di sektor UKM ( Usaha Kecil Menengah ). Sektor ini
terbukti mampu menggerakkan perekonomian nasional lewat modalnya yang sangat
terbatas dimana tidak jarang para pengusaha di sektor ini menambah modalnya
tidak lewat bank ,akan tetapi menggunakan modal yang berasal dari rentenir. Salah satu hal klasik yang dihadapi oleh pengusaha di sektor UKM adalah
terbatasnya modal yang diberikan oleh pihak bank serta peluang untuk
mendapatkannya. Sebagai contoh , peluang konglomerat lebih besar dibandingkan
UKM. Sampai kini tercatat, konglomerat sudah memperoleh kesempatan. Sementara,
pengusaha kecil dan menengah hanya mampu diberi peluang sekitar Rp 50 trilyun,
serta Kredit Usaha.
Namun dibalik kesulitan terutama dalam mendapatkan modal dan resiko dalam produksi banyak sektor UKM ternyata mampu bertahan menghadapi terjangan krisis yang menimpa ekonomi Indonesia. Salah satu contoh dari sektor UKM yang dapat menjalankan usahanya di tengah resiko dalam produksi ialah di bidang pabrik kerupuk . Namun ada satu hal yang menghambat pengusaha yang bergerak di bidang pabrik kerupuk, yakni masalah pembuatan kerupuk pada pabrik ini dengan cara dijemur.
Sumber :
http://queenchib.blogspot.com/2009/11/contoh-kasus.html
http://mahasiswa.blogspot.com/2012/12/kasus-ukm-beserta-resikonya.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar